Buletin "Memetik Hikmah Dibalik Musibah" (Edisi 06)
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22)
Musibah merupakab batu ujian untuk mengukur kadar keimanan seorang mu'min. Tidak selamanya perjalanan hidup kita itu mulus, menyenangkan dan menggembirakan. Terkadang kita harus melalui ujian berat yang menyesakkan. Tak ubahnya laksana perjalan kita di muka bumi ini, tidak selalu jalan itu lurus, halus dan berhiaskan bunga-bunga mekar yang indah, melainkan sekali-kali kita harus berjalan di atas jalan yang terjal, berhiaskan duri yang menusuk sekujur tubuh. Namun untuk mencapai sebuah tujuan yang kita harapkan, perjalanan itu pun harus terus kita lanjutkan.
Bahwa dibalik kehidupan ini ada yang punya, ada yang mengatur. Dialah Allah Rabbul Izzah, Tuhan yang memiliki kemuliaan dan keperkasaan. Di Genggaman-Nya lah semua kehidupan ini dikendalikan. Allah hanya butuh berkata
“Kun Fayakun, terjadi! maka terjadilah”. Allah memiliki nama-nama, di antaranya; Al-Khaliq –Pencipta-, Al-Muhaimin –Yang Mengatur-, Al-Muhyi –Yang Menghidupkan-, Al-Mumit –Yang Mematikan-, Adh-Dhaar –Yang Memberi Madharat-, An-Nafi’ –Yang memberi Manfaat-, dst.
Allah SWT mempunyai kehendak-Nya sendiri, bahkan Kehendak itu sudah ditulis semenjak zaman azali. Allah swt. berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22)
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” Al-Hadid/57:22
Musibah yang menimpa itu pada dasarnya untuk memberikan peringatan kepada manusia agar manusia kembali pada kesadaran akan kemahakuasaan Allah SWT, Pencipta alam semesta. Dengan musibah, manusia juga diharapkan menyadari betapa lemah dirinya dan betapa terbatas kemampuannya. Dengan musibah, manusia juga diharapkan kembali menyadari bahwa sebagai makhluk ciptaan dan hamba dari Al-Khaliq tidak selayaknya bermaksiat kepada-Nya, menyimpang atau menyalahi peringatan (wahyu)-Nya serta mendustakan dan mengabaikan hukum-hukum dan syariah-Nya.
Komentar
Posting Komentar